Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”Hadits Riwayat Ahmad 2 : 251, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits No. 2518, dan Hakim 2 : 160).
“Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbangga dengan banyaknya matku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat”. (Hadits Riwayat Ahmad dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban).
Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”. (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim).
Subbahanallah,
so inspiring for today, dengan kata “MENIKAH” hehe…(saya pun ingin menyegarakannya..*duh jadi curcol), inget beberapa tulisanku yang lalu, ada kata-kata Laa fatan illa Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” memang merepost tapi selalu ada spirit tersendiri ketika cerita tentang kisah tauladan ini
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan. seperti sahabat AlI bin abithalib, beliau berkata mencintai tak berarti harus memiliki. Mencintai berarti pengorbanan untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. disebut sebuah ini pengorbanan.disebut sebuah kisah, kisah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan buat para pencinta sejati, selalu ada yang manis dalam mengecap keduanya. Di jalan cinta para pejuang, kita belajar untuk bertanggung jawab atas setiap perasaan kita, beliau mengalah ketika Abu bakar & selahnya Umar untuk meminang Fatimah putri Rosullullah, begitu ikhlasnya beliau, namun ternyata baik Abu Bakar maupun Umar tidak dipilih rosullullah untuk menikahi putrinya.
saat itu,secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya
Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. engan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakar, Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. sahabat Ali adalah gentleman sejati.
Subhanallah…
Inilah persaudaraan dan cinta”
memberikan yang terindah HARI INI
untuk menaklukkan cinta,
mengajaknya bergandeng mesra untuk beribadah padaNya
So Bro and sist…
Ada atau tidak adanya “pasangan” yang benar-benar kita damba di samping kita nanti
semoga Allah bakal selalu mencintaiMu,karena kita hanya bagian dari ceritaNya
cerita yang telah di telah digariskan dengan sempurna olehNya
sampai saat yang indah itu tiba, semoga untuk kita nanti bukanlah
upacara yang diramaikan gending cinta, Bukan rancangan gaun pengantin ala Cinderella
Apalagi rangkaian mobil undangan yang memacetkan jalan raya
tapi sebuah jiwa, jiwa toleransi sedalam samudera,
jiwa besar untuk “Menerima” dan “Memaafkan” bersama,
Wallahualam, semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar